Dongeng Untuk Anak, Si Kancil Yang Cerdik GENCIL NEWS – Dongeng adalah salah satu cerita naratif yang kerap diceritakan untuk anak-anak. Selain menghibur, dongeng juga memiliki nilai-nilai moral yang dapat diambil oleh anak-anak. Berikut adalah dongeng yang berjudul “Si Kancil yang Cerdik”. Pada suatu hari, si kancil yang cerdik sedang berjalan-jalan di hutan. Tiba-tiba dia melihat seekor singa yang sedang tidur pulas. Si kancil berpikir untuk mencoba menggodanya. Dia mengambil seikat rumput dan memasukkannya ke dalam hidung singa. Singa bangun dan marah besar ketika merasakan rasa sakit di hidungnya. “Siapa yang melakukan ini pada saya?!” teriak singa. Si kancil berlari dan menyembunyikan dirinya di balik pohon. Singa mencari-cari siapa yang telah melakukan ini padanya, tapi dia tidak bisa menemukan siapa-siapa. Akhirnya, dia berjalan pergi dan si kancil tertawa senang karena berhasil mengelabui singa. Tidak lama kemudian, si kancil berjalan-jalan di hutan lagi dan bertemu dengan seekor beruang. Dia memutuskan untuk menggodanya juga. Si kancil mengambil sebuah balok kayu dan meletakkannya di jalan di depan beruang. Beruang itu jatuh tersungkur ketika menabrak balok kayu itu. “Siapa yang melakukan ini padaku?!” teriak beruang. Si kancil berlari lagi dan bersembunyi di balik pohon. Beruang mencari-cari siapa yang telah melakukan ini padanya, tapi dia tidak bisa menemukan siapa-siapa. Akhirnya, dia berjalan pergi dan si kancil tertawa senang karena berhasil mengelabui beruang. Keesokan harinya, si kancil kembali berjalan-jalan di hutan dan bertemu dengan harimau. Kali ini, si kancil berpikir untuk menggodanya juga. Si kancil menyemprotkan cabai ke mata harimau. Harimau berteriak kesakitan dan mencoba mencari-cari si kancil, tapi dia tidak bisa menemukannya. Si kancil senang karena telah berhasil mengelabui tiga binatang besar di hutan. Dia tersenyum puas ketika melihat mereka berjalan pergi dengan kesal. Namun, dia juga merasa bersalah karena telah menyakiti binatang-binatang itu. Dari pengalaman ini, si kancil belajar untuk tidak mengelabui orang lain hanya untuk kesenangannya sendiri. Dia juga belajar untuk memikirkan perasaan orang lain dan tidak menyakiti mereka. Akhirnya, si kancil merasa lega karena telah memperbaiki perilakunya. Dongeng ini mengajarkan anak-anak untuk tidak menyakiti orang lain dan memikirkan perasaan orang lain. Anak-anak juga dapat belajar untuk tidak memanipulasi orang lain untuk kesenangan pribadi mereka. Dalam kehidupan sehari-hari, penting untuk mempertimbangkan bagaimana
BawangPutih adalah gadis sederhana yang rendah hati, tekun, rajin, jujur dan baik hati. Sementara Bawang Merah adalah seorang gadis yang malas, sombong, suka bermewah-mewah, tamak dan pendengki. Sifat buruk Bawang Merah kian menjadi-jadi akibat ibunya selalu memanjakannya. Sang janda selalu memenuhi semua permintaan dan tuntutan Bawang Merah.
Si Kancil Suatu hari Si Kancil, binatang yang katanya cerdik itu, sedang berjalan-jalan di pinggir hutan. Di dalam hutan terlalu gelap, karena pohon-pohon sangat lebat dan tajuknya menutupi lantai hutan. Dia ingin berjemur di bawah terik matahari. Di sana ada sungai besar yang airnya dalam sekali. Setelah sekian lama berjemur, Si Kancil merasa bahwa ada yang berbunyi di perutnya. Wah, rupanya perutnya sudah lapar. Dia membayangkan betapa enaknya kalau ada makanan kesukaannya, ketimun. Namun kebun ketimun ada di seberang sungai, bagaimana cara menyeberanginya ya? Dia berfikir sejenak. Tiba-tiba dia meloncat kegirangan, dan berteriak “Buaya….buaya…. ayo keluar….. Aku punya makanan untukmu…!!” Begitu Kancil berteriak kepada buaya-buaya yang banyak tinggal di sugai yang dalam itu. Sekali lagi Kancil berteriak, “Buaya…buaya… ayo keluar… mau daging segar?” Tak lama kemudian, seekor buaya muncul dari dalam air, “Huaahhh… siapa yang berteriak siang-siang begini.. mengganggu tidur saja.” “Hei Kancil, diam kau.. kalau tidak kau akan kumakan.” Kata buaya kedua yang juga muncul. “Wah…. bagus kalian mau keluar, mana yang lain?” kata Kancil kemudian “Ada apa Kancil sebenarnya, ayo cepat katakan,” kata buaya. “Begini, maaf kalau aku mengganggu tidurmu, tapi aku akan membagi daging segar untuk buaya-buaya di sungai ini makanya harus keluar semua.” Mendengar bahwa mereka akan dibagikan daging segar, buaya-buaya itu segera memanggil teman-temannya untuk keluar semua. “Hei, teman-teman semua, kancil membagikan daging gratis. Ayo kita keluaaaar….!” buaya pemimpin berteriak memberikan komando. Tak berapa lama, munculanlah buaya-buaya dari dalam air. Dan kancil bilang ia akan menghitung buaya-buaya tersebut. Tanpa berpikir panjang, buaya-buaya itu segera mengambil posisi, berbaris berjajar dari tepi sungai satu ke tepi sungai lainnya, sehingga membentuk seperti jembatan. “Oke, sekarang aku akan mulai menghitung,” kata Kancil yang segera melompat ke punggung buaya pertama, sambil menghitung. Seterusnya sambil terus meloncat dari punggung buaya satu ke buaya lainnya. Hingga akhirnya dia sampai di seberang sungai. Hatinya tertawa, “Mudah sekali ternyata.” Begitu sampai di seberang sungai, Kancil berkata pada buaya, “Hai buaya, sebetulnya tidak ada daging segar yang akan aku bagikan. Tidakkah kau lihat bahwa aku tidak membawa sepotong daging pun?” “Sebenarnya aku hanya ingin menyeberang sungai ini, dan aku butuh jembatan untuk lewat. Kalau begitu saya ucapkan terima kasih pada kalian, dan mohon maaf kalau aku mengerjai kalian,” kata Kancil. “Ha!….huaahh… Kancil nakal, ternyata kita cuma dibohongi. Awas kau ya.. kalau bertemu lagi ku makan kau!!,” kata buaya-buaya itu geram. Si Kancil segera berlari menghilang di balik pohon, menuju kebun Pak Tani untuk mencari ketimun.
Sampaidi atas sebuah bukit, si Kancil berteriak dengan sombongnya, "Wahai penduduk hutan, akulah hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar di hutan ini. Tidak ada yang bisa menandingi kecerdasan dan kepintaranku". Sambil membusungkan dadanya, si Kancil pun mulai berjalan menuruni bukit. Ketika sampai di sungai, ia bertemu dengan seekor
Salah satu cerita dongeng si Kancil dan buaya. Dalam dongeng binatang di Indonesia, kancil adalah tokoh terpopuler. Cerita Kancil sudah lama ada dalam masyarakat Jawa, bahkan sebelum ada tradisi tulisan. Cerita Kancil sering dijadikan sarana pengajaran bagi anak-anak. “Tokoh binatang cerdik licik ini di dalam ilmu folklor cerita rakyat dan antropologi disebut dengan istilah the trickster atau tokoh penipu,” tulis James Danandjaja dalam Folklor Indonesia. Menurut Sir Richard Windsted dalam A History of Classical Malay Literature, pada abad II SM pada suatu stupa di Barhut Allahabad India terukir adegan-adegan dongeng binatang, berasal dari cerita agama Budha, yang dikenal sebagai Jataka. Dongeng binatang ini kemudian menyebar ke luar India; ke arah barat menuju Afrika serta ke timur menuju Indonesia dan Malaysia bagian barat. Dongeng si Kancil, tulis Dixon dalam The Mythology of All Races Oceanic, terdapat di daerah-daerah di Indonesia yang mendapat pengaruh kuat Hinduisme dan erat hubungannya dengan kerajaan Jawa Hindu dari abad ke-7 sampai abad ke-13. Hipotesis Dixon, menurut James Danandjaja, diperkuat dengan fakta bahwa dongeng si Kancil juga terdapat di negara-negara Asia Tenggara lainnya, yang punya hubungan erat dengan kebudayaan Hindu. Sayangnya, dia tak menjelaskan kenapa dongeng Kancil dapat hidup sampai berabad-abad, atau apa fungsinya sebagai ungkapan kebudayaan dalam masyarakat-masyarakat yang berbeda. Kendati telah lama menjadi folklor yang dituturkan secara lisan, kisah si Kancil baru dibukukan pada abad ke-19. “Semua versi cerita kancil berbahasa Jawa, ceritanya dapat dilihat sebagai suatu siklus yang menceritakan seluruh riwayat hidup sang Kancil sejak lahir sampai meninggalnya,” tulis Behrend dan Titik Pudjiastuti dalam Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 3-A. Versi cerita Kancil tertua adalah Serat Kancil Amongsastra karangan Kyai Rangga Amongsastra, penulis Kadipaten selama pemerintahan Pakubuwono V di Surakarta, yang dikarang pada 1822. Atas usaha Dr W. Palmer van den Broek, serat tersebut dicetak pada 1878. Buku induk lain dongeng si Kancil diterbitkan van Dorp di Semarang pada 1871. Cerita Kancil ini lebih dikenal dengan Serat Kancil van Dorp karena tak diketahui penulisnya. Buku lainnya adalah Serat Kancil Salokadarma karya Sasraningrat, putra Pakualam Yogyakarta, yang berangka tahun 1891. Cerita Kancil dalam buku ini kehilangan cirinya seperti Kancil pada umumnya. Hal ini, menurut Abing Ganefara dalam skripsinya tentang Serat Kancil Saloka Darma di jurusan Sastra Jawa Universitas Indonesia tahun 1990, karena terdapat konsep-konsep ajaran mistik yang menonjol, sehingga peran binatang dalam cerita ini tak berbeda dari manusia sehari-hari. Misalnya, ada peran bercakap-cakap, mengajar, memberi nasihat, atau adu argumentasi sambil sesekali diselipi ajaran-ajaran mistik. Naskah yang dekat dengan Serat Kancil Salokadarma, menurut Behrend dan Titik, adalah Serat Kancil Amongraja di mana memuat ajaran moral, Islam, kebatinan, dan lain-lain disampaikan melalui wejangan. Tiada keterangan penulisan mengeni serat ini. Tapi melihat gejala bahasa dan terutama sasmitaning tembang yang diletakkan di awal pupuh baru, diperkirakan teks ini berasal dari lingkaran kesusastraan Pakualaman, Yogyakarta. Perbedaan isi Serat Kancil Amongraja dengan serat-serat lain terletak pada tokoh Kancil yang digambarkan sebagai seorang pemuda dengan ilmu pengetahuan luas. Dari penggambaran tersebut tidak tertangkap kesan bahwa Kancil adalah tokoh binatang. Kancil merupakan putra Raden Pathangkus dari Ampeldenta dan seorang dewi dari negara Wiradi. Pada usia 16 tahun, Kancil telah menguasai ilmu kebatinan, falak, Alquran, sastra, bahasa Arab dan Jawa, hingga undang-undang dan hukum Jawa-Belanda. Menurut James Danandjaja, dari semua peneliti tentang dongeng Kancil, yang menarik adalah karya Philip Frick McKean, The Mouse-deer Kantjil in Malayo-Indonesia Folklore Alternative Analyses and the Significance of a Trickster Figure in South-East Asia. McKean menyimpulkan bahwa ideal folk cerita rakyat Jawa adalah selalu mendambakan keadaan keselarasan. Dari isi dongeng-dongeng si Kancil dapat diambil kesimpulan bahwa Kancil mewakili tipe ideal orang Jawa atau Melayu-Indonesia sebagai lambang kecerdikan yang tenang dalam menghadapi kesukaran, selalu dapat dengan cepat memecahkan masalah rumit tanpa ribut-ribut, dan tanpa banyak emosi. Benarkah demikian?
KakAio: Sang Pendongeng. redaksi February 16, 2017 Inspirasi. Dulu kita punya Kak Seto, kini ada Kak Aio. Alumni jurusan Ilmu Perpustakaan UI ini dengan berani menjalani profesi yang masih langka: pendongeng. Bernama lengkap Mochamad Ariyo Faridh Zidni, nama Aio yang ringkas dan terdengar seperti ajakan (ayo!) dipilih sebagai nama panggung.
- Иλа կуշጽյ
- Վυ иսፗпէτуму
- Ու ፀቺам
- В ок
- ሊпիнω щунту
- Υ ዴщ
Ceritarakyat ini menjadi cerita yang paling digemari masyarakat karena bahasa yang lugas, sederhana, menghibur dan banyak mengandung ajaran budi pekerti atau pendidikan moral. Contoh sastra lisan ini adalah: Cerita asal - usul (dongeng gerhana bulan) Cerita binatang (Cerita Si Kancil, Pelanduk) Cerita jenaka (Pak Pandir, Pak Kaduk, Lebai Malang)
. 301 104 481 282 2 100 203 411
ringkasan cerita si kancil yang cerdik