Salahsatu ulama besar NU, Syekh Maimoen Zubair semasa hidupnya punya ikatan erat dengan wayang, di mana menurutnya masing-masing tokoh pewayangan memainkan peran keteladanan. Dalam berbagai video yang wara-wiri di Youtube, ulama karismatik itu yang meninggal dunia di Makkah, 6 Agustus 2019 itu, mengaku menyukai wayang. Sebab menurut
Punakawan, karakter pewayangan Jawa. Foto Nunki Lasmaria Pangaribuan/ kumparanDalam kehidupan masyarakat Jawa, wayang merupakan seni pertunjukan yang tidak hanya menghibur, tetapi juga berperan sebagai sarana edukasi. Edukasi itu disampaikan melalui cerita maupun karakter para tokohnya. Salah satu tokoh pewayangan yang cukup terkenal adalah adalah penjelmaan dewa yang terdiri atas Semar dan ketiga anaknya, yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong. Dalam cerita pewayangan, kelompok ini dikenal sebagai penasihat spiritual, teman bercengkrama, dan penghibur di kala susah yang bertugas mengajak para ksatria asuhannya untuk selalu berbuat berasal dari kata “pana” yang artinya paham, dan kawan yang artinya “teman”. Maksudnya, para punakawan bukan hanya sebagai abdi atau pengikut biasa, tetapi mereka juga memahami apa yang sedang menimpa majikan mereka dan seringkali bertindak sebagai penasihat pamomong.Berbanding terbalik dengan para ksatria yang selalu digambarkan dengan sikap sopan, santun, lemah lembut, dan kaku, punakawan memiliki sifat humoris dan menghibur sehingga kemunculannya selalu dinantikan masyarakat, khususnya para penikmat karakter punakawan memiliki sifat dan ciri fisik yang memiliki makna tertentu. Berikut penjelasan SemarIlustrasi Semar. Foto iStockDalam pewayangan, Semar berperan sebagai pengasuh golongan ksatria. Semar digambarkan selalu tersenyum, tetapi bermata sembab. Mengutip buku The Pakubuwono Club oleh Agung Prabowo, penggambaran tersebut merupakan simbol suka dan duka. Semar memiliki wajah yang tua, tapi potongan rambutnya seperti anak kecil, yang maksudnya sebagai simbol tua sekaligus muda. Meski berjenis kelamin laki-laki, Semar memiliki payudara layaknya perempuan. Ini merupakan simbol pengayom semua manusia, pria maupun wanita. Ia merupakan penjelmaan dewa, tetapi hidup sebagai rakyat jelata yang menjadi simbol atasan dan GarengSosok yang lebih dikenal dengan nama Gareng ini memiliki nama lengkap Nala Gareng, artinya hati yang kering. Gareng adalah punakawan berkaki pincang. Ini merupakan simbol dari sifatnya sebagai pemuda yang selalu berhati-hati dalam itu, Gareng memiliki cacat fisik lainnya, tangan yang ceko atau patah. Ini menyimbolkan kejujuran bahwa Gareng memiliki sifat tidak suka mengambil hak orang PetrukIlustrasi punakawan Petruk. Foto iStockPetruk memiliki fisik buruk rupa, tapi selalu menjaga kebenaran dan kebaikan. Karakternya mengandung nasihat di baliknya, yakni untuk jangan menilai seseorang dari rupa atau apa yang tampak selalu menyampaikan kebenaran dengan apa adanya. Ia menyampaikan apa yang menurutnya benar dan tidak dipengaruhi kekuasaan apapun. Dalam salah satu kisah diperlihatkan bahwa meski tidak memiliki senjata apapun, Petruk tetap menyampaikan kebenaran dan BagongBagong diciptakan dari bayangan Semar. Saat pertama turun ke bumi, Semar yang bertugas sebagai penasihat manusia merasa kesepian. Karena itu, ia memohon kepada ayahnya, Sang Hyang Tunggal, agar diberikan teman. Sang Hyang Tunggal pun menjadikan bayangan Semar sebagai teman baginya. Itu sebabnya bentuk dan wajah Bagong mirip dengan memiliki perut yang buncit, hidung pesek, dan bokong yang besar. Bagong memiliki sifat kekanak-kanakan, lancang tapi lucu. Ia jarang berbicara, tetapi sekalinya berbicara bisa membuat orang tertawa. Bagong juga merupakan kritikus tajam bagi tokoh wayang lain yang tidak bertindak Bagong sebenarnya anak pertama Semar, dalam pewayangan Jawa Tengah, ia sering dianggap sebagai anak bungsu. Kesalahan ini terutama disebabkan karena sifat Bagong yang kekanak-kanakan.
Selainitu, tokoh Yudhistira dalam pewayangan juga diibaratkan sebagai ibu jari (jempol) yang mengibaratkan kakak tertua untuk menaungi dan memberi contoh kesopanan dalam kehidupan. Yudhistira digambarkan memiliki karakter yang menerima (sumuhun dawuh) dengan selalu mengatakan “silakan” atau “mangga”.
LAKSMANA Laksmana Dewanagari लक्ष्मण; IAST Lakṣmaṇa adalah tokoh protagonis dalam wiracarita Ramayana, putera Raja Dasarata dan merupakan adik tiri dari Rama, pangeran kerajaan Kosala. Namanya kadangkala dieja Laksmana’, Lakshman’, atau Laxman’. Menurut kitab Purana, Laksmana merupakan penitisan Sesa. Shesha adalah ular yang mengabdi kepada Dewa Wisnu dan menjadi ranjang ketika Wisnu beristirahat di lautan susu. Shesha menitis pada setiap awatara Wisnu dan menjadi pendamping setianya. Dalam Ramayana, ia menitis kepada Laksmana sedangkan dalam Mahabharata, ia menitis kepada Baladewa. Keluarga Laksmana merupakan putera ketiga Raja Dasarata yang bertahta di kerajaan Kosala, dengan ibukota Ayodhya. Kakak sulungnya bernama Rama, kakak keduanya bernama Bharata, dan adiknya sekaligus kembarannya bernama Satrugna. Di antara saudara-saudaranya, Laksmana memiliki hubungan yang sangat dekat terhadap Rama. Mereka bagaikan duet yang tak terpisahkan. Ketika Rama menikah dengan Sita, Laksmana juga menikahi adik Dewi Sita yang bernama Urmila. Hubungan dengan Rama Patung Laksmana kiri bersama Rama tengah, Sita kanan dan Hanoman, di Kuil Bhaktivedanta Manor Hare Krishna, Watford, Inggris. Meskipun keempat putera Raja Dasarata saling menyayangi satu sama lain, namun Satrugna lebih cenderung dekat terhadap Bharata, sedangkan Laksmana cenderung dekat terhadap Rama. Saat Resi Wiswamitra datang meminta bantuan Rama agar mengusir para raksasa di hutan Dandaka, Laksmana turut serta dan menambah pengalaman bersama kakaknya. Di hutan mereka membunuh banyak rakshasa dan melindungi para resi. Bisa dikatakan bahwa Laksmana selalu berada di sisi Rama dan selalu berbakti kepadanya dalam setiap petualangan Rama dalam Ramayana. Rahwana’ Dalam mitologi Hindu, Rahwana’, Prabhu Dasa, Prabhu Dasamuka Devanagari रावण, IAST Rāvaṇa; kadangkala dialihaksarakan sebagai Raavana dan Ravan atau Revana adalah tokoh utama yang bertentangan terhadap Rama dalam Sastra Hindu, Ramayana. Dalam kisah, ia merupakan Raja Alengka, sekaligus Rakshasa atau iblis, ribuan tahun yang lalu. Rawana dilukiskan dalam kesenian dengan sepuluh kepala, menunjukkan bahwa ia memiliki pengetahuan dalam Weda dan sastra. Karena punya sepuluh kepala ia diberi nama “Dasamukha” दशमुख, bermuka sepuluh, “Dasagriva” दशग्रीव, berleher sepuluh dan “Dasakanta” दशकण्ठ, berkerongkongan sepuluh. Ia juga memiliki dua puluh tangan, menunjukkan kesombongan dan kemauan yang tak terbatas. Ia juga dikatakan sebagai ksatria besar. Asal-usul Ibu Rahwana bernama Kaikesi, seorang puteri Raja Detya bernama Sumali. Sumali memperoleh anugerah dari Brahma sehingga ia mampu menaklukkan para raja dunia. Sumali berpesan kepada Kekasi agar ia menikah dengan orang yang istimewa di dunia. Di antara para resi, Kekasi memilih Wisrawa sebagai pasangannya. Wisrawa memperingati Kekasi bahwa bercinta di waktu yang tak tepat akan membuat anak mereka menjadi jahat, namun Kekasi menerimanya meskipun diperingatkan demikian. Akhirnya, Rahwana lahir dengan kepribadian setengah brahmana, setengah rakshasa. Saat lahir, Rahwana diberi nama “Dasanana” atau “Dasagriwa”, dan konon ia memiliki sepuluh kepala. Beberapa alasan menjelaskan bahwa sepuluh kepala tersebut adalah pantulan dari permata pada kalung yang diberikan ayahnya sewaktu lahir, atau ada yang menjelaskan bahwa sepuluh kepala tersebut adalah simbol bahwa Rahwana memiliki kekuatan sepuluh tokoh tertentu. Semar Kyai Lurah Semar Badranaya adalah nama tokoh panakawan paling utama dalam pewayangan Jawa dan Sunda. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para kesatria dalam pementasan kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana. Tentu saja nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli kedua wiracarita tersebut yang berbahasa Sanskerta, karena tokoh ini merupakan asli ciptaan pujangga Jawa. Sejarah Semar Menurut sejarawan Prof. Dr. Slamet Muljana, tokoh Semar pertama kali ditemukan dalam karya sastra zaman Kerajaan Majapahit berjudul Sudamala[rujukan?]. Selain dalam bentuk kakawin, kisah Sudamala juga dipahat sebagai relief dalam Candi Sukuh yang berangka tahun 1439[rujukan?]. Semar dikisahkan sebagai abdi atau hamba tokoh utama cerita tersebut, yaitu Sahadewa dari keluarga Pandawa. Tentu saja peran Semar tidak hanya sebagai pengikut saja, melainkan juga sebagai pelontar humor untuk mencairkan suasana yang tegang. Pada zaman berikutnya, ketika kerajaan-kerajaan Islam berkembang di Pulau Jawa, pewayangan pun dipergunakan sebagai salah satu media dakwah. Kisah-kisah yang dipentaskan masih seputar Mahabharata yang saat itu sudah melekat kuat dalam memori masyarakat Jawa. Salah satu ulama yang terkenal sebagai ahli budaya, misalnya Sunan Kalijaga. Dalam pementasan wayang, tokoh Semar masih tetap dipertahankan keberadaannya, bahkan peran aktifnya lebih banyak daripada dalam kisah Sudamala. Dalam perkembangan selanjutnya, derajat Semar semakin meningkat lagi. Para pujangga Jawa dalam karya-karya sastra mereka mengisahkan Semar bukan sekadar rakyat jelata biasa, melainkan penjelmaan Batara Ismaya, kakak dari Batara Guru, raja para dewa. Gareng Nama lengkap dari Gareng sebenarnya adalah Nala Gareng, hanya saja masyarakat sekarang lebih akrab dengan sebutan “Gareng”. Gareng adalah punakawan yang berkaki pincang. Hal ini merupakan sebuah sanepa dari sifat Gareng sebagai kawula yang selalu hati-hati dalam bertindak. Selain itu, cacat fisik Gareng yang lain adalah tangan yang ciker atau patah. Ini adalah sanepa bahwa Gareng memiliki sifat tidak suka mengambil hak milik orang lain. Diceritakan bahwa tumit kanannya terkena semacam penyakit bubul. Dalam suatu carangan Gareng pernah menjadi raja di Paranggumiwayang dengan gelar Pandu Pragola. Saat itu dia berhasil mengalahkan Prabu Welgeduwelbeh raja dari Borneo yang tidak lain adalah penjelmaan dari saudaranya sendiri yaitu Petruk. Dulunya, Gareng berujud satria tampan bernama Bambang Sukodadi dari pedepokan Bluktiba. Gareng sangat sakti namun sombong, sehingga selalu menantang duel setiap satria yang ditemuinya. Suatu hari, saat baru saja menyelesaikan tapanya, ia berjumpa dengan satria lain bernama Bambang Panyukilan. Karena suatu kesalahpahaman, mereka malah berkelahi. Dari hasil perkelahian itu, tidak ada yang menang dan kalah, bahkan wajah mereka berdua rusak. Kemudian datanglah Batara Ismaya Semar yang kemudian melerai mereka. Karena Batara Ismaya ini adalah pamong para satria Pandawa yang berjalan di atas kebenaran, maka dalam bentuk Jangganan Samara Anta, dia Ismaya memberi nasihat kepada kedua satria yang baru saja berkelahi itu. Karena kagum oleh nasihat Batara Ismaya, kedua satria itu minta mengabdi dan minta diaku anak oleh Lurah Karang Kadempel, titisan dewa Batara Ismaya itu. Akhirnya Jangganan Samara Anta bersedia menerima mereka, asal kedua satria itu mau menemani dia menjadi pamong para kesatria berbudi luhur Pandawa, dan akhirnya mereka berdua setuju. Gareng kemudian diangkat menjadi anak tertua sulung dari Semar. SADEWA Sadewa Dewanagari सहदेव; IAST Sahadéva adalah salah satu tokoh utama dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan anggota Pandawa yang paling muda, yang memiliki saudara kembar bernama Nakula. Meskipun kembar, Nakula dikisahkan memiliki wajah yang lebih tampan daripada Sadewa, sedangkan Sadewa lebih pandai daripada kembarannya. Dalam hal perbintangan atau astronomi, kepandaian Sadewa jauh di atas murid-murid Drona yang lain. Selain itu, ia juga pandai dalam hal beternak sapi. Maka ketika para Pandawa menjalani hukuman menyamar selama setahun di Kerajaan Matsya akibat kalah bermain dadu melawan Korawa, Sadewa pun memilih peran sebagai seorang gembala sapi bernama Tantripala. Meskipun Sadewa merupakan Pandawa yang paling muda, namun ia dianggap sebagai yang terbijak di antara mereka. Yudistira bahkan pernah berkata bahwa Sadewa lebih bijak daripada Wrehaspati, guru para dewa. Sadewa merupakan ahli perbintangan yang ulung dan mampu meramalkan kejadian yang akan datang. Namun ia pernah dikutuk apabila sampai membeberkan rahasia takdir, maka kepalanya akan terbelah menjadi dua. DURYODANA Duryodana Sanskerta दुर्योधन; Duryodhana atau Suyodana adalah tokoh antagonis yang utama dalam wiracarita Mahabharata, musuh utama para Pandawa. Duryodana merupakan inkarnasi dari Iblis Kali. Ia lahir dari pasangan Dretarastra dan Gandari. Duryodana merupakan saudara yang tertua di antara seratus Korawa. Ia menjabat sebagai raja di Kerajaan Kuru dengan pusat pemerintahannya di Hastinapura. Duryodana menikah dengan puteri Prabu Salya dan mempunyai putera bernama Laksmana Laksmanakumara. Duryodana digambarkan sangat licik dan kejam, meski berwatak jujur, ia mudah terpengaruh hasutan karena tidak berpikir panjang dan terbiasa dimanja oleh kedua orangtuanya. Karena hasutan Sangkuni, yaitu pamannya yag licik dan berlidah tajam, ia dan saudara-saudaranya senang memulai pertengkaran dengan pihak Pandawa. Dalam perang Bharatayuddha, bendera keagungannya berlambang ular kobra. Ia dikalahkan oleh Bima pada pertempuran di hari kedelapan belas karena pahanya dipukul dengan gada. Dalam pandangan para sarjana Hindu masa kini, Duryodana merupakan raja yang kuat dan cakap, serta memerintah dengan adil, namun bersikap licik dan jahat saat berusaha melawan saudaranya Pandawa. Seperti Rawana, Duryodana sangat kuat dan berjaya, dan ahli dalam ilmu agama, namun gagal untuk mempraktekkannya dalam kehidupan. Namun kebanyakan umat Hindu memandangnya sebagai orang jahat yang suka mencari masalah. Duryodana juga merupakan salah satu tokoh yang sangat menghormati orangtuanya. Meskipun dianggap bersikap jahat, ia tetap menyayangi ibunya, yaitu Gandari. Setiap pagi sebelum berperang ia selalu mohon do’a restu, dan setiap kali ia berbuat demikian, ibunya selalu berkata bahwa kemenangan hanya berada di pihak yang benar. Meskipun jawaban tersebut mengecilkan hati Duryodana, ia tetap setia mengunjungi ibunya setiap pagi. Di wilayah Kumaon di Uttranchal, beberapa kuil yang indah ditujukan untuk Duryodana dan ia dipuja sebagai dewa kecil. Suku Kumaon di pegunungan memihak Duryodana dalam Bharatayuddha. Ia dipuja sebagai pemimpin yang cakap dan dermawan. Gatotkaca Dewanagari घटोत्कच; IAST Ghaṭotkacha adalah seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata, putra Bimasena Bima atau Wrekodara dari keluarga Pandawa. Ibunya bernama Hidimbi Harimbi, berasal dari bangsa rakshasa. Gatotkaca dikisahkan memiliki kekuatan luar biasa. Dalam perang besar di Kurukshetra, ia menewaskan banyak sekutu Korawa sebelum akhirnya gugur di tangan Karna. Di Indonesia, Gatotkaca menjadi tokoh pewayangan yang sangat populer. Misalnya dalam pewayangan Jawa, ia dikenal dengan sebutan Gatutkaca bahasa Jawa Gathutkaca. Kesaktiannya dikisahkan luar biasa, antara lain mampu terbang di angkasa tanpa menggunakan sayap, serta terkenal dengan julukan “otot kawat tulang besi”. Menurut versi Mahabharata, Gatotkaca adalah putra Bimasena dari keluaga Pandawa yang lahir dari seorang rakshasa perempuan bernama Hidimbi. Hidimbi sendiri merupakan raksasa penguasa sebuah hutan; tinggal bersama kakaknya yang bernama Hidimba dalam pewayangan Jawa, ibu Gatotkaca lebih terkenal dengan sebutan Arimbi. Menurut versi ini, Arimbi bukan sekadar penghuni hutan biasa, melainkan putri dari Kerajaan Pringgadani, negeri bangsa rakshasa. Kisah kelahiran Gatotkaca dikisahkan secara tersendiri dalam pewayangan Jawa. Namanya sewaktu masih bayi adalah Jabang Tetuka. Sampai usia satu tahun, tali pusarnya belum bisa dipotong walau menggunakan senjata apa pun. Arjuna adik Bimasena pergi bertapa untuk mendapatkan petunjuk dewa demi menolong keponakannya itu. Pada saat yang sama Karna, panglima Kerajaan Hastina juga sedang bertapa mencari senjata pusaka. Karena wajah keduanya mirip, Batara Narada selaku utusan kahyangan memberikan senjata Kontawijaya kepada Karna, bukan kepada Arjuna. Setelah menyadari kesalahannya, Narada pun menemui Arjuna yang sebenarnya. Lalu Arjuna mengejar Karna untuk merebut senjata Konta, sehingga pertarungan pun terjadi. Karna berhasil meloloskan diri bersama senjata Konta, sedangkan Arjuna hanya berhasil merebut sarung pembungkus pusaka tersebut. Sarung pusaka Konta terbuat dari kayu mastaba yang ternyata bisa digunakan untuk memotong tali pusar Tetuka. Saat dipakai untuk memotong, kayu mastaba musnah dan bersatu dalam perut Tetuka. Kresna yang ikut serta menyaksikannya berpendapat bahwa pengaruh kayu Mastaba akan menambah kekuatan bayi Tetuka. Ia juga meramalkan bahwa kelak Tetuka akan tewas di tangan pemilik senjata Konta. Bima Dewanagari भीम; IAST Bhīma atau Bimasena Dewanagari भीमसेन; IAST Bhīmaséna adalah seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan putra Kunti, dan dikenal sebagai tokoh Pandawa yang kuat, bersifat selalu kasar dan menakutkan bagi musuh,[1] walaupun sebenarnya berhati lembut. Di antara Pandawa, dia berada di urutan kedua dari lima bersaudara. Saudara seayahnya ialah Hanoman, wanara terkenal dalam epos Ramayana. Mahabharata menceritakan bahwa Bima gugur di pegunungan bersama keempat saudaranya setelah Bharatayuddha berakhir. Cerita tersebut dikisahkan dalam jilid ke-18 Mahabharata yang berjudul Mahaprasthanikaparwa. Bima setia pada satu sikap, yaitu tidak suka berbasa-basi, tak pernah bersikap mendua, serta tidak pernah menjilat ludahnya sendiri. Pada masa kanak-kanak, kekuatan Bima tidak ada tandingannya di antara anak-anak sebayanya. Kekuatan tersebut sering dipakai untuk menjahili para sepupunya, yaitu Korawa. Duryodana—salah satu Korawa—sangat benci dengan sikap Bima yang selalu jahil. Kebencian tersebut berkembang menjadi niat untuk membunuh Bima. Pada suatu hari ketika para Korawa serta Pandawa pergi bertamasya di daerah sungai Gangga, Duryodana menyuguhkan makanan dan minuman kepada Bima, yang sebelumnya telah dicampur dengan racun. Karena Bima tidak curiga, ia menyantap makanan tersebut. Makanan tersebut membuat Bima jatuh pingsan, lalu tubuhnya diikat kuat-kuat oleh Duryodana dengan menggunakan tanaman menjalar, setelah itu dihanyutkan ke sungai Gangga dengan rakit. Saat rakit yang membawa Bima sampai di tengah sungai, ular-ular yang hidup di sekitar sungai tersebut mematuk badan Bima. Secara ajaib, bisa ular tersebut berubah menjadi penangkal bagi racun yang dimakan Bima. Ketika sadar, Bima langsung melepaskan ikatan tanaman menjalar yang melilit tubuhnya, lalu ia membunuh ular-ular yang menggigit badannya. Beberapa ular menyelamatkan diri untuk menemui rajanya, yaitu Antaboga Naga Basuki. Saat Antaboga mendengar kabar bahwa putra Pandu yang bernama Bima telah membunuh anak buahnya, ia segera menyambut Bima dan memberinya minuman, yang semangkuknya memiliki kekuatan setara dengan sepuluh gajah.[4] Bima meminumnya tujuh mangkuk, sehingga tubuhnya menjadi sangat kuat, setara dengan tujuh puluh gajah. Bima tinggal di istana Naga Basuki selama delapan hari, dan setelah itu ia pulang. Nakula Dewanagari नकुल; IAST Nakula, adalah seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan putra Madri, kakak ipar Kunti. Ia adalah saudara kembar Sadewa dan dianggap putra Dewa Aswin, dewa tabib kembar. Menurut kitab Mahabharata, Nakula sangat tampan dan sangat elok parasnya. Menurut Dropadi, Nakula merupakan suami yang paling tampan di dunia. Namun, sifat buruk Nakula adalah membanggakan ketampanan yang dimilikinya. Hal itu diungkapkan oleh Yudistira dalam kitab Mahaprasthanikaparwa. Menurut Mahabharata, si kembar Nakula dan Sadewa memiliki kemampuan istimewa dalam merawat kuda dan sapi. Nakula digambarkan sebagai orang yang sangat menghibur hati. Ia juga teliti dalam menjalankan tugasnya dan selalu mengawasi sifat jahil kakaknya, Bima, dan bahkan terhadap senda gurau yang terasa serius. Nakula juga memiliki kemahiran dalam memainkan senjata pedang. Saat para Pandawa mengalami pengasingan di dalam hutan, keempat Pandawa Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa meninggal karena meminum air beracun dari sebuah danau. Ketika sesosok roh gaib memberi kesempatan kepada Yudistira untuk memilih salah satu dari keempat saudaranya untuk dihidupkan kembali, Nakula-lah dipilih oleh Yudistira untuk hidup kembali. Ini karena Nakula merupakan putra Madri, dan Yudistira—yang merupakan putra Kunti—ingin bersikap adil terhadap kedua ibu tersebut. Apabila ia memilih Bima atau Arjuna, maka tidak ada lagi putra Madri yang akan melanjutkan keturunan. Ketika para Pandawa harus menjalani masa penyamaran di Kerajaan Wirata, Nakula menyamar sebagai perawat kuda dengan nama samaran “Grantika”. Nakula turut serta dalam pertempuran akbar di Kurukshetra, dan memenangkan perang besar tersebut. Yudistira Dewanagari युधिष्ठिर; IAST Yudhiṣṭhira alias Dharmawangsa, adalah salah satu tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan seorang raja yang memerintah kerajaan Kuru, dengan pusat pemerintahan di Hastinapura. Ia merupakan yang tertua di antara lima Pandawa, atau para putra Pandu. Dalam tradisi pewayangan, Yudistira diberi gelar prabu dan memiliki julukan Puntadewa, sedangkan kerajaannya disebut dengan nama Kerajaan Amarta. Yudistira adalah putera tertua pasangan Pandu dan Kunti. Kitab Mahabharata bagian pertama atau Adiparwa mengisahkan tentang kutukan yang dialami Pandu setelah membunuh brahmana bernama Resi Kindama tanpa sengaja. Brahmana itu terkena panah Pandu ketika ia dan istrinya sedang bersanggama dalam wujud sepasang rusa. Menjelang ajalnya tiba, Resi Kindama sempat mengutuk Pandu bahwa kelak ia akan mati ketika mengawini istrinya. Dengan penuh penyesalan, Pandu meninggalkan tahta Hastinapura dan memulai hidup sebagai pertapa di hutan demi untuk mengurangi hawa nafsu. Kedua istrinya, yaitu Kunti dan Madri dengan setia mengikutinya. Pada suatu hari, Pandu mengutarakan niatnya ingin memiliki anak. Kunti yang menguasai mantra Adityahredaya segera mewujudkan keinginan suaminya itu. Mantra tersebut adalah ilmu pemanggil dewa untuk mendapatkan putera. Dengan menggunakan mantra itu, Kunti berhasil mendatangkan Dewa Dharma dan mendapatkan anugerah putera darinya tanpa melalui persetubuhan. Putera pertama itu diberi nama Yudistira. Dengan demikian, Yudistira menjadi putera sulung Pandu, sebagai hasil pemberian Dharma, yaitu dewa keadilan dan kebijaksanaan. Sifat Dharma itulah yang kemudian diwarisi oleh Yudistira sepanjang hidupnya. READ MORE
KumpulanNama Bayi Perempuan Pewayangan Dan Artinya. 1. Adaninggar Merupakan Putri Raja Cina. Tokoh Wayang Menak. 2. Ambarawati Ambarawati Merupakan Salah Satu Murid Pesaraman Ukir Sari Berasal Dari Ambaradia.. 3. Anjasmara Putri Patih Logender Yang Menikah Dengan Sepupunya, Damarwulan.. 4. Badrahini Badrahini adalah permaisuri dari
Ilustrasi nama bayi laki-laki. Foto Shutter StockSudahkah Anda menyiapkan nama bayi untuk si kecil, Moms?Jika belum, mungkin ini saat yang tepat bagi Anda untuk segera mencari inspirasi nama bayi Anda. Ya Moms, inspirasi nama bayi bisa datang dari mana saja, termasuk dari sejarah dan budaya kita, misalnya Moms, tokoh-tokoh wayang yang digambarkan memiliki kekuatan luar biasa dan kisahnya kini melegenda. Selain itu, cerita-cerita pewayangan juga lekat di hati karena penuh dengan pesan Anda termasuk orang yang mencintai salah satu budaya ini, tak ada salahnya memberikan nama bayi yang terinspirasi dari tokoh pewayangan. Apalagi, nama-nama dari tokoh pewayangan dikenal unik dan memiliki makna khusus. Untuk memudahkan Anda memilih, berikut adalah 10 nama bayi laki-laki dari tokoh pewayangan yang bisa jadi inspirasi Inspirasi Nama Bayi Laki-laki dari Tokoh PewayanganIlustrasi bayi baru lahir berjenis kelamin laki-laki. Foto Shutter StockAbimanyu merupakan putra Arjuna yang konon sejak di dalam kandungan sudah memiliki kemampuan khusus untuk mengetahui segala hal di dunia ini. Selain itu, Abimanyu juga mempunyai watak yang lembut, jujur dan bertanggung jawab. Nama Abimanyu dalam bahasa Jawa bermakna tidak takut dengan merupakan salah satu tokoh pewayangan dari wiracarita Ramayana. Anggada digambarkan sebagai sosok wanara muda yang gesit karena kekuatannya sangat luar biasa. Nama Anggada dalam bahasa Sansekerta bermakna rendah hati atau bukanlah sosok yang asing dalam dunia pewayangan Mahabharata. Arjuna merupakan salah satu anggota pandawa yang berwajah tampan dan berhati lemah lembut. Nama Arjuna dalam bahasa Jawa bermakna hebat, sementara dalam bahasa Sansekerta bermakna merupakan salah satu nama tokoh pewayangan Jawa. Baladewa dikenal sebagai tokoh wayang yang memiliki fisik kuat dan kreatif. Nama Baladewa sendiri dalam bahasa Jawa bermakna pengikut merupakan sebutan untuk para dewa di dalam pewayangan Ramayana dan Mahabharata sebagai simbol keagungan. Nama Batara sendiri bermakna wibawa sang dewa dalam bahasa Jawa. Ya Moms, Batara bisa menjadi pilihan nama bayi untuk si bayi baru lahir berjenis kelamin laki-laki. Foto Shutter StockBharata merupakan tokoh pewayangan protagonis dalam cerita Ramayana. Bharata digambarkan sebagai sosok raja dari golongan Suryawangsa yang sangat baik dan bijaksana. Nama Bharata dalam bahasa Sansekerta bermakna yang adalah salah satu tokoh pewayangan Jawa yang sangat terkenal karena kebaikannya. Ya Moms, Bisma digambarkan sebagai sosok yang sangat berbakti kepada kedua orang tuanya, sayang keluarga dan memiliki kebaikan hati yang luar biasa. Nama Bisma dalam bahasa Jawa bermakna luar wiracarita Mahabharata, Karna digambarkan sebagai sosok kesatria tangguh dan raja di Kerajaan Angga. Ia sering kali ikut serta dalam berbagai peperangan, salah satunya perang Kurushetra. Nama Karna dalam bahasa Indonesia bermakna pria yang lembut dan baik dikisahkan sebagai sosok prabu dari Kerajaan Mandura yang mempunyai hubungan dekat dengan Arjuna. Kresna dikenal mempunyai kesaktian yang tinggi yang disebut Cakra Bhaskara, dapat mengetahui yang belum terjadi hingga dapat berubah wujud menjadi raksasa. Nama Kresna dalam bahasa Indonesia bermakna mengenai pewayangan, rasanya tak lengkap jika tidak memasukkan nama berikut ini ke dalamnya. Rama merupakan sosok fenomenal dari kisah Rama dan Shinta dalam wiracarita Ramayana. Rama berasal dari kerajaan Kosala yang dipercaya sebagai titisan langsung Dewa Wisnu. Nama Rama dalam bahasa Sansekerta bermakna Hutri Dirga Harmonis
CeritaWayang Gatotkaca Lahir. Caranggana, Bambang. Pamuksa (Tremboko dan Pandu Gugur) Keturunan Raja Parikesit. Parikesit menikahi Madrawati, dan memiliki seorang putera bernama Janamejaya. Janamejaya diangkat menjadi raja pada usia yang masih muda. Janamejaya menikahi Wapushtama, dan memiliki dua putera bernama Satanika dan Sankukarna.
Edukasi anak dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satu satunya mengenal tokoh merupakan seni pertunjukan asli Indonesia yang berkembang di Pulau Jawa dan 7 November 2003 lalu, UNESCO telah menetapkan wayang sebagai warisan mahakarya dunia yang tidak ternilai dalam seni bertutur atau Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of hanya itu, UNESCO juga memasukan wayang ke dalam Daftar Represntatif Budaya Takbenda Warisan Manusia di tahun yang juga Rekomendasi 5 Film tentang Pendidikan, Mengedukasi dan Menyentuh HatiDibawa oleh Pedagang IndiaFoto Tokoh Pewayangan Banyak orang percaya seni pertunjukan wayang dibawa ke Indonesia oleh pedagang India. Pasalnya, banyak nama tokoh pewayangan dan cerita pewayangan sama dengan cerita rakyat kegeniusan lokal dan kebudayaan yang ada sebelum masuknya Hindu menyatu dengan perkembangan seni pertunjukan yang masuk memberi warna tersendiri pada seni pertunjukan di saat ini, catatan awal yang bisa didapat tentang pertunjukan wayang berasal dari Prasasti Balitung pada Abad ke 4 yang berbunyi si Galigi juga 6 Rekomendasi Mainan Edukasi Anak Terfavorit, Simak di Sini Moms!Tokoh Pewayangan untuk Edukasi AnakSaat ini beberapa daerah di Indonesia telah menjadi tokoh pewayangan untuk edukasi anak-anak usia menyenangkan, menjadikan tokoh pewayangan sebagai edukasi anak juga bisa melestarikan budaya nusantara kepada Moms simak tokoh pewayangan untuk edukasi anak berikut ini, Dewi ArimbiFoto Tokoh Pewayangan Arimbi Dewi Arimbi atau dalam kisah mahabrata dikenal dengan hidimba merupakan putri kedua Prabu Arimbaka, raja raksasa negara Priggadani dengan Dewi memiliki tujuh orang saudara kandung Bernama, Arimba, Arya Prabeksa, Brajadenta, Brajamusti, Brajalamantan, Brajawikalpa dan Arimbi menikah dengan Bima alias Werkudara, salah seorang dari lima kesatria Pandawa, putra Prabu Pandu raja negara Astina dengan permaisuri Dewi perkawinan itu ia mempunyai seorang putra yang diberi nama Arimbi menjadi ratu negara Pringgandani menggantikan kedudukan kakaknya, Prabu Arimba, yang tewas dalam peperangan melawan karena Dewi Arimbi lebih sering tinggal di Kesatrian Jodipati mengikuti suaminya, kekuasaan negara Pringgandani diwakilkan kepada adiknya, Brajadenta sampai Gatotkaca dewasa dan diangkat menjadi raja negara Pringgandani, bergelar Prabu Arimbi mempunyai kesaktian, antara lain dapat beralih rupa, dari wujud raksasa menjadi putri cantik ini ia dapatkan dari sabda Dewi Kunti karena Werkudara menolak mengawini Dewi Arimbi yang saat itu masih berujud raksasi raksasa perempuan yang mempunyai sifat jujur, setia, berbakti dan sangat sayang terhadap dari kehidupannya diceritakan bahwa dia gugur di medan Perang Bharatayuddha membela putranya, Gatotkaca, yang sebelumnya gugur terkena Panah Kunta Wijayandanu atau Konta milik Adipati Karna, raja negara kisah Dewi Arimbi, dapat disimpulkan bahwa tidak semua raksasa memiliki sifat yang buruk. Karena tokoh pewayangan ini memiliki sifat jujur, setia, berbakti dan sayang terhadap itu, dalam kisah mahabarata Dewi Arimbi juga digambarkan sebagai raksasa yang tidak suka menyantap daging manusia, sebaliknya ia suka menolong manusia yang akan dimangsa oleh para juga 5 Rekomendasi Mainan Edukasi Anak 1 Tahun, Beli Yuk Moms!2. GatotkacaFoto Tokoh Pewayangan Gatot Kaca Tokoh Pewayangan yang bisa dijadikan edukasi untuk anak adalah gatotkaca. Ia adalah putra dari Bima dan Dewi banyak sekali versi mengenai kisah gatoto kaca baik di Indonesia dan satu kisah gatotkaca yang dijadikan edukasi adalah Gatotkaca Satria dari Pringgani yang ditulis oleh Lustantini Septiningsing di tahun 2016 dan diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan ini mengisahkan tentang kehidupan putra dari pasangan Dewi Arimbi dan Raja Werkudara yang bernama merupakan sosok yang tampan dan sangat perjalanan hidupnya ia menemui berbagai macam rintangan dan yang kalah dalam pertempuran memendam rasa benci bersiasat dan mencoba berbagai macam cara untuk melenyapkan ini mengajarkan bahwa amarah dan balas dendam bukanlah cara yang baik dalam menyelesaikan hal yang dimulai dengan cara tidak baik akan diikuti dengan hal-hal yang tidak baik itu, dalam cerita populer Gatotkaca digambarkan sebagai “Satria otot kawat balung besi.”Tak hanya itu sudah banyak tayangan televisi yang juga menggambarkan kegagahan seorang gatot SumitraFoto Tokoh Pewayangan Sumitra Bambang Sumitra merupakan putra Arjuna yang tidak terlalu pewayangan ini lahir dari Dewi Sulastri atau dikenal juga dengan nama pewayangan satu ini mencerminkan seorang anak yang tidak mendapat perhatian dari ayahnya Arjuna. Bahkan pernikahannya dengan Dewi Asmarawati, putri Prabu Suryasmara tidaj mendapat perhatian megah antara Bambang Sumitra dan Dewi Asmarawati yang sangat mewah sepenuhnya menjadi tanggung jawab kapasitasnya sebagai Batara Ismaya, Semar minta bantuan beberapa dewa sebagai panitia’.Semar juga memboyong puluhan bidadari untuk ditugasi sebagai pelayan para tamu undangan. Makanan serta minuman yang disajikan semuanya didatangkan dari cara itu Semar dapat menginsyafkan Arjuna, bahwa seorang ayah tidak selayaknya membeda-bedakan anak dalam hal kasih tidak mendapatkan perhatian dari ayahnya, Sumitra tetap setia kepada keluarga. Bahkan ia rela mengorbankan jiwanya saat perang juga Mengenal Lebih Dekat 10 Tarian Tradisional Aceh sebagai Edukasi Anak4. SemarFoto Tokoh Pewayangan Semar Semar merupakan tokoh pewayangan ciptaan pujangga lokal. Ia diceritakan sebagai penasihat para Pandawa dalam perang karya sastra, Semar digambarkan sebagai pengasuh keturunan Resi Manumanasa, terutama para Pandawa yang merupakan tokoh utama kisah dalam pementasan wayang yang bertemakan Ramayana, para dalang juga biasa menampilkan Semar sebagai pengasuh keluarga Sri Rama ataupun Sugriwa. Seolah-olah Semar selalu muncul dalam setiap pementasan wayang, tidak peduli apapun judul yang sedang tokoh pewayangan, Semar bertindak sebagai pengasuh golongan kesatria, sedangkan Togog sebagai pengasuh kaum merupakan gambaran perpaduan rakyat kecil sekaligus dewa juga 6 Hal yang Harus Dipertimbangkan Sebelum Membeli Mainan Edukasi untuk Anak5. SambaFoto Tokoh Pewayangan Samba Samba merupakan anak Khrisha dengan Jambavati. Sejak kecil, Samba dilatih untuk menggunakan Samba sudah cukup besar, Krisha mengirimnya ke Indraprastha untuk tinggal bersama dan pangeran Yadava lainnya seperti Satyaki belajar memanah dari menjadi petarung yang tangguh. Segera, Samba menjadi bagian dari istana Yudhistira dan berpartisipasi dalam pernikahan Yudhistira Rajasuya yagna dan merupakan tokoh pewayangan yang tanggung dan tak kenal takut. Ia juga digambarkan seorang yang gigih dalam mempelajari ilmu Samba dapat Moms jadikan edukasi anak-anak untuk tak pantang menyerah dan berani dalam menghadapi apapun di itu, Samba juga bisa menjadi contoh untuk anak-anak dalam mendalami seni bela juga 6 Rekomendasi Mainan Edukasi Anak Perempuan dan Tips Memilihnya!Demikian penjelasan mengenai tokoh pewayangan yang bisa menjadi edukasi ada salahnya untuk mengajarkan anak-anak dengan membacakan cerita atau menonton kisah wayang yang merupakan seni asl bermanfaat ya Moms.
IsYuniarto memilih media komik. Menurut pengakuan penulisnya, Garudayana merupakan komik pendek yang dibuat untuk lomba komik animonster pada tahun 2006. Akan tetapi, komik tersebut baru dibukukan dan diterbitkan pada tahun 2009. Kini, buku tersebut sudah mengalami cetak ulang dan dapat menjadi bagian dari koleksi teman-teman sekalian.
Mari belajar dari tokoh pewayangan, Sangut, Delem, Tualen Bali selalu memberi inspirasi pada saya, keunikannya tak pernah habis untuk dikupas. Keseniannya tak kunjung mampu dipahami dalam satu roda kehidupan, salah satunya adalah seni wayang kulit Bali. Bagi para pecinta kesenian ini tentu tak asing lagi dengan karakter punakawannya. Dalam pewayangan Bali, ada 4 karakter punakawan yg bisa menjadi renungan 1 Tualen. 2 Merdah. 3 Sangut. 4 Delem. Mereka “mewakili” sikap miliaran manusia yang dirangkum ke dalam 4 gambaran umum. Tualen, dia “tidak tahu dirinya tahu”. Dia kontemplatif, murni bersandar pada batin, sederhana dan penuh kearifan. Merdah, dia “tahu dirinya tahu”. Dia paham, berani dan penuh percaya diri. Sangut, dia “tahu dirinya tidak tahu”. Dia tidak paham, namun bersikap menerima ketidakpahamannya, mengakui kelebihan orang lain, penuh pertimbangan. Delem, dia “tidak tahu dirinya tidak tahu”. Dia tidak tahu tapi merasa tahu, dia tidak tahu tapi tidak menerima pengetahuan orang lain, angkuh dan congkak di depan orang-orang, dan dia tidak bisa mengukur diri. Percaya diri di tengah ketakpahaman. Angkuh dan pongah, merasa paling benar. Dari para punakawan ini, sadar atau tak sadar, masyarakat Bali memetik sikap Kita memilih berperan seperti siapa? Pertunjukan wayang kulit balikarakter dalam gambar Delem dan Sangut Setidaknya masyarakat Bali yang suka pewayangan akan malu bercermin pada Delem, yg selalu pongah dalam ketidaktahuannya. Minimal kita bisa merenung, kalau tidak tahu sebaiknya kita “tahu kalau kita tidak tahu”, ini sikap Sangut. Idealnya kita seperti Tualen, sekalipun ia paham dan tahu, dia tidak bersikap absolut atau “tidak tahu dirinya tahu”; di sini seseorang dituntut menjadi arif sebab kenyataan dan kebenaran tidak berwujud tunggal, maka “selalu ada yang mungkin”. Dalam dunia pewayangan, dari kaca mata para punakawan, dunia perasaan dan kemanusiaan diteliti dan dilihat dalam banyak perspektif. Delem selalu jadi tertawaan di Bali sebab Delem bersikap paling tahu di tengah ketidaktahuannya. Merdah yang “tahu dirinya tahu”, percaya diri dan berpengetahuan luas cenderung tergoda memaksakan sikap dan pikirannya. Sketsa Miguel Covarrubias Dari Merdah orang Bali belajar bahwa sekalipun pemikiran kita yang benar, yang benar-benar lurus, kalau dipaksakan ke orang lain, cara memaksa ini yang mengundang perdebatan. Cara Merdah yg paling tahu membuat dia terpancing arogan. Dari Merdah kita diajak belajar bahwa kebenaran harus dijalankan dengan cara-cara yang benar. Cara-cara benar itu ada pada Tualen, yang penuh kearifan membabarkan kebenaran, tanpa paksaan, tanpa menggurui, penuh kesantunan dan kesederhanaan. Secara kontemplatif. Kebenaran menjadi mentah dan tampak dangkal jika disampaikan dengan tutur keras dan perilaku bermusuhan. Orang Bali yg mencintai wayang akan dibuat sadar, kebenaran menjadi sempurna bukan dalam diri Merdah, tapi dalam diri Tualen Kebenaran menjadi sempurna dalam kesederhanaan tutur, kemuliaan hati, santunan, dan kesahajaan sikap. Para dalang selalu mengingatkan Rwabhinneda itu ada dalam diri manusia. Kala ya, Dewa ya. Kalau kita terbersit rindu menonton wayang, barangkali kita rindu menjenguk Tualen, Merdah, Sangut dan Delem yang keempatnya ada dalam diri kita. Mereka silih berganti muncul dalam kehidupan nyata, pikiran dan diri kita menjadi kelirnya. Kalau lama tak menonton wayang di luar sana, lewat tulisan ini, sebagai sahabat-kenalan-teman seperjalanan-saudara, mengundang setidaknya menonton layar di dalam diri. Tentunya lebih indah menonton wayang di luar sana, sambil menertawakan Delem dalam diri. Ironisnya, saya sering melihat diri saya ditertawakan Delem.
Pacitankucom, PACITAN – Momen puncak prosesi Hari Jadi Pacitan ke-277 menghadirkan hal baru yang belum ada sebelumnya saat Hajatan ke-277. Selain kirab Bupati Pacitan menuju ke panggung utama di Pendopo, juga digelar serah terima keris dan tombak dari Gubernur Jawa Timur Khofifah kepada Bupati Pacitan. Tak hanya itu, ada hal menarik dalam
Berikut daftar lengkap tokoh pewayangan beserta sifat dan wataknya. Kotak wayang kulit memiliki setidaknya 200 hingga 300 wayang yang terbagi atas karakter baik dan jahat gaes, bahkan beberapa diantara tokoh pewayangan memiliki sifat bijaksana hingga lucu diketahui UNESCO telah menetapkan setiap tanggal 7 November sebagai Hari Wayang Nasional sebagai warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity. Siapa aja sih tokoh pewayangan tersebut? dan bagaimana sifat tokoh pewayangan? Berikut rangkumannya gaes. 1. YudhistiraTokoh wayang satu ini digambarkan sebagai sosok anak tertua Pandu Dewanata yang sabar, berhati suci, dan selalu menegakkan kebenaran. Dalam pewayangan Jawa, Yudhistira memiliki kesaktian batin salah satunya adalah menjinakkan hewan buas di hutan hanya dengan meraba kepala mereka. 2. BimaBima dikisahkan sebagai putra kedua dari Prabu Pandu Dewanata, raja Astanipura dan Dewi Kunti. Ia dikisahkan sebagai seorang sosok gagah yang juga menjadi ksatria. Ia digambarkan dengan tubuh tinggi besar, berotot, dan atletis. Ia juga memiliki senjata berupa kapak besar bernama Bergawa dan Gada Rujakpolo. 3. ArjunaNah kalau Arjuna merupakan putra ketiga Prabu Pandu Dewanata. Ia dikisahkan sebagai pria tampan dan memiliki ajian naracabala. Naracabala merupakan ajian yang bisa membuat anak panah yang ia lepaskan menjadi berlipat-lipat mengejar musuh. Ia memiliki dua panah yang dinamai Ardadedali dan Pasopati. 4. Nakula dan SadewaNakula dan Sadewa merupakan sosok kembar yang memiliki kepintaran dan ketampanan. Nakula merupakan titisan dari seorang dewa tabib bernama Batara Aswin. Sementara itu Sadewa memiliki kecerdasan dan kemampuan bicara yang KresnaKresna merupakan titisan Batara Wisnu yang memiliki kesaktian dan kekuatan dewa. Salah satu kesaktiannya adalah bisa menjelma menjadi sosok raksasa besar, Brahalasewu. 6. GatotkacaGatotkaca merupakan putra dari Bima atau Werkudara. Ia memiliki kekuatan yang luar biasa. Misalnya saat perang Bharatayuda berlangsung, ada banyak sekutu Kurawa yang mati di tangannya. Ia juga dikenal dengan julukan Otot Kawat, Tulang Besi. 7. AnomanAnoman digambarkan memiliki wajah bak kera putih. Ia memiliki kekuatan dan kesaktian utnuk menentukan kematiannya. Ia juga mewarisi kekuatan berpindah tempat dengan cepat. Hal tersebut dinamakan daftar lengkap tokoh pewayangan lengkap dengan sifatnya gaes, termasuk kesaktian dan kemampuannya. Kira-kira mana nih tokoh pewayangan yang jadi favoritmu? Tokoh WayangKekuatan Tokoh WayangWatak Tokoh WayangKemampuan Tokoh WayangBimaYudhistiraGatotkacaNakula dan SadewaArjunaKresnaAnomantokoh pewayangan dengan sifatnya Share to
. 120 228 10 148 311 382 248 334
tokoh pewayangan menurut hari lahir